Banjir dan longsor di Sumatera menelan ratusan korban jiwa meninggal, dengan ribuan yang dirawat karena menderita sakit. Juga jumlah pengungsi yang mencapai 1,1 juta jiwa, dan warga terdampak mencapai 3,3 juta jiwa. Tentu angka prakiraan ini, berdasarkan pada metode yang digunakan dashboard Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Point pentingnya adalah korban bencana banjir yang mencapai ratusan jiwa ini, Siapa yang harus bertanggung jawab?
Banjir dan tanah longsor merupakan jenis bencana yang sering terjadi di Indonesia. Banyak faktor yang menjadikan Indonesia menjadi sangat rawan terhadap bencana-bencana tersebut. Setidaknya, faktor sebab dapat dikelompokan dalam dua faktor, faktor alam dan faktor manusia. Terkait, faktor alam yang bisa kita lakukan yakni adaptif terhadap alam yang menantang. Indonesia adalah zona pertemuan dua samudra dan dua benua, serta kondisi geologis yang menantang.
Sedangkan dari sisi faktor manusia, ini yang agaknya menjadi kompleks, untuk dibahas, menyangkut banyak faktor dan relasi. Namun, perlu sekali dilakukan suatu kajian mendalam, untuk memahami peta dan akar masalah, supaya masalah-masalahnya bisa diurai dan kita bisa antisipasi pada masa mendatang.
Jika diperhatikan kejadian banjir yang terjadi di Sumatera Tahun 2025, terdapat pemandangan yang agak berbeda, yakni selain banjir membawa material endapan dari hasil erosi tanah, banjir juga menghanyutkan ribuan gelondongan kayu, sehingga daya rusak banjir menjadi amat besar. Berapa ahli lingkungan kemudian berpandangan, air hujan dari langit bukan berupa kayu, tetapi berupa air. Pertanyaannya, kayu yang ikut hanyut bersama banjir itu, kayu dari mana? dan ulah siapa? sehingga daya rusak banjirnya menjadi demikian besar.
Maka pertanyaan kita, siapa yang bertanggung jawab terhadap banjir Sumatera 2025? Jawabannya adalah kita semua, bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia harus bertanggung jawab, terutama pemerintahnya. Pemerintah dan rakyat sudah berupaya membuat keputusan dan kebijakan yang sesuai dengan kaidah pembangunan berkelanjutan. Apa daya banjir tetap menjadi musibah yang sulit dihindari. Mudah-mudahan ke depan, rakyat betul-betul berupaya untuk memperkuat kesiapsiagaan kita menghadapi bencana, mengingat kita hidup dan tinggal di gugusan pulau yang potensial mendatangkan bencana.


