Dr. KH. Zakky Mubarak, MA
Dalam berinteraksi pada kehidupan masyarakat, kita sering menjumpai berbagai macam pujian dan sanjungan, baik terhadap diri seseorang, maupun pada orang lain. Dalam menerima pujian orang lain, kita harus bersikap hati-hati, karena bisa menjerumuskan dalam sikap dan tingkah laku yang tercela. Sangat banyak orang yang terjerembab dalam hal-hal yang tercela seperti takabbur, ujub, dan riya’, karena mereka sering memperoleh pujian dan sanjungan dari orang lain.
Setiap manusia muslim diarahkan agar tidak bersikap berlebihan dalam memuji atau menyanjung orang lain. Karena itu, akan bisa menjerumuskan orang yang dipuji itu pada keangkuhan dan kesombongan. Larangan memuji secara berlebihan termasuk kepada orang yang kita kagumi, apakah ia seorang tokoh besar, atau ulama atau ilmuwan, atau politisi dan sebagainya. Hal ini berlaku juga pada orang-orang terkenal dari pendahulu kita, tetap tidak boleh berlebihan.
Dalam kehidupan sehari-hari, sering dijumpai orang-orang yang sangat fanatic terhadap idolanya, sehingga memujinya secara berlebihan sampai kadang-kadang tidak masuk akal. Rasulullah s.a.w. melarang sahabatnya untuk saling memuji secara berlebihan. Ketika ada seseorang menyampaikan pujian yang berlebihan kepada orang lain, beliau menyatakan: “engkau telah menghancurkan orang yang engkau puji itu, atau engkau telah memotong tulang punggung orang itu”.
عَنْ أبي مُوسى الأشْعرِيِّ رضي اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعَ النَّبيُّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم رَجُلاً يُثْني عَلَى رَجُلٍ وَيُطْرِيهِ في المدْحَةِ، فَقَالَ: "أهْلَكْتُمْ، أوْ قَطعْتُمْ ظَهرَ الرَّجُلِ" متفقٌ عليهِ.
Dari Abu Musa al-Asy‘ari r.a., menginfomasikan: Nabi s.a.w. mendengar seseorang memuji seorang lelaki dan berlebihan dalam pujiannya, maka beliau bersabda: “Kalian telah membinasakannya, atau kalian telah mematahkan punggung lelaki itu.” (HR. Bukhari Muslim).
Sebagai lawan dari pujian dan sanjungan adalah cemoohan dan hinaan. Sekelompok masyarakat yang membenci orang-orang tertentu, sering melontarkan cemoohan dan hinaan. Hal itu dilakukan dalam berbagai pertemuan dan berbagai kesempatan lain. Kebencian seseorang terhadap sesamanya, sering terjadi secara berlebihan, sehingga menimbulkan perselisihan dan permusuhan yang kemudian berkembang menjadi saling mencaci maki.
Seorang muslim diarahkan agar tidak mencela orang lain, orang perorang, maupun perkelompok. Karena boleh jadi orang yang dicela itu justru lebih baik dari mereka yang mencela.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا يَسۡخَرۡ قَوۡمٞ مِّن قَوۡمٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُونُواْ خَيۡرٗا مِّنۡهُمۡ وَلَا نِسَآءٞ مِّن نِّسَآءٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُنَّ خَيۡرٗا مِّنۡهُنَّۖ وَلَا تَلۡمِزُوٓاْ أَنفُسَكُمۡ وَلَا تَنَابَزُواْ بِٱلۡأَلۡقَٰبِۖ بِئۡسَ ٱلِٱسۡمُ ٱلۡفُسُوقُ بَعۡدَ ٱلۡإِيمَٰنِۚ وَمَن لَّمۡ يَتُبۡ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلظَّٰلِمُونَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (QS. Al-Hujurat, 49:11).
Bagaimana sikap seorang muslim menghadapi dua hal yang berlawanan itu, yaitu pujian dan cemoohan tersebut? seorang muslim hendaknya tidak terpengaruh, baik oleh pujian maupun cemoohan orang lain, tetapi harus bersikap biasa saja atau wajar-wajar saja. Dalam menghadapi pujian orang lain, dia harus sangat berhati-hari, karena bisa menjerumuskannya. Dalam hal menghadapi hinaan dan cemoohan orang lain, justru kita harus mengambil manfaat untuk melihat kekurangan diri kita, kemudian kita perbaiki.
Imam al-Ghazali mengarahkan kepada setiap orang yang mendapat hinaan dari orang lain yang datang dari orang-orang yang membenci mereka, hendaknya mengambil pelajaran dari penghinaan itu dalam rangka melihat kekurangan-kekurangan kita. Dari orang-orang yang membenci kita itulah, yang menunjukkan kekurangan-kekurangan kita, tidak datang dari orang-orang yang mencintai kita. Setelah menemukan kekurangan-kekurangan kita dari hinaan mereka, segera memperbaiki diri, sehingga akan meraih kesuksesan.
Ketika Imam Ghazali mendapat informasi bahwa sebagian kitab-kitabnya dibakar oleh orang-orang yang membencinya, beliau mengatakan: Tidak ada masalah. Dengan cara seperti ini, maka seorang muslim akan bersikap bijak dalam menghadapi segala hal yang dijumpainya, baik berupa cemoohan, maupun pujian dan sanjungan.
PUJIAN DAN CEMOOHAN
12/02/2025 02:58:00 PM
0
Tags


