Oleh: Dr. KH. Zakky Mubarak, MA
Dalam kehidupan sehari-hari di tengah masyarakat, banyak kita jumpai orang-orang tertentu yang terpaku pada suatu kebajikan dan mengabaikan kebajikan lain, meskipun lebih tinggi. Orang itu terus membela kebajikan yang diyakininya, melaksanakn kebajikan itu dan tidak mau acuh terhadap kebajikan lainnya yang sangat banyak. Ia mengabaikan kebajikan yang lebih utama dan lebih sempurna. Senantiasa menyampaikan ide dan pemikiran terhadap orang lain, bahwa ia merasa cukup dengan kebajikan yang dilakukannya. Karena itu, tidak perlu memikirkan dan mengusahakan kebaikan yang lain, bahkan yang lebih utama sekalipun.
Sikap seperti itu merupakan fanatisme buta yang akan mengantarkan orang tersebut pada pemahaman agama yang sempit. Ia tidak berusaha untuk memperluas dan memasyarakatkan kebajikan yang lebih luas dalam kehidupan sehari-hari. Ada sebagian orang yang hanya mau bersedekah pada kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan seleranya. Misanya, membantu pembangungan tempat ibadah. Apabila ia diajak untuk memberikan sumbangsih dalam pembangungan madrasah, sekolah, dan tempat-tempat pendidikan yang lebih modern, ia menolak.
Sebagian lain ada yang bersedekah hanya ingin membantu anak yatim saja, meskipun di samping anak yatim itu banyak anak-anak miskin dari kalangan kaum dhuafa, dia tidak mau membantunya. Ada sebagian dari mereka yang membantu para janda, meskipun janda itu kaya dan uangnya berlimpah. Setiap orang muslim, harus berusaha untuk terus meningkatkan amal salehnya dalam berbagai bidang kehidupan. Mereka tidak akan mengabaikan hal-hal yang lebih penting dari aktivitas keagamaan yang dilakukannya.
Dalam al-Qur'an banyak dijumpai bimbingan seperti itu, misalnya aktivitas memberikan bantuan kepada jamaah haji atau memakmurkan masjid atau kegiatan lainnya, dirasakan oleh mereka sebagai sesuatu yang terbaik. Padahal, banyak yang lebih baik dari itu, seperti meningkatkan kualitas keimanan, sehingga memasuki derajat yang tinggi. Berhijrah dan meninggalkan segala perbuatan yang tercela dan berjihad di jalan Allah, dalam berbagai aspek kehidupan. Berjihad itu baik dilakukan dengan harta, pikiran maupun jiwanya, adalah lebih tinggi tingkatan kebajikannya dari berbagai hal yang disebutkan di atas.
Meningatkan kualitas keimanan merupakan suatu aktivitas yang harus terus menerus dilakukan oleh setiap orang muslim. Ia merupakan pondasi dari ajaran agama, karena itu, apabila seorang memiliki iman yang tinggi, maka perilakunya akan selalu baik dan menghindari segala perbuatan yang tercela. Berhijrah dalam kehidupan sekarang, adalah berusaha dengan sungguh-sungguh meninggalkan berbagai macam perbuatan yang tercela, seperti kecenderungan pada kemewahan duniawi, mencintai pangkat dan kedudukan secara berlebihan, memperturutkan hawa nafsu, dan perbuatan tercela lainnya.
Memperturutkan hawa nafsu terdiri dari tiga hal, yaitu (1) dorongan nafsu untuk menikmati dan mengonsumsi makanan secara berlebihan. Sikap ini akan mengantarkan orang tersebut terjerembab dalam berbagai penyakit yang mengerikan. Nafsu yang ke (2) adalah nafsu yang terletak pada libido seksual. Mereka yang mengumbar nafsunya dalam libido seksual, akan melakukan berbagai macam perbuatan tercela yang sangat memalukan. Dari kegiatan tercela itu menimbulkan berbagai macam bencana yang sangat parah. Bahkan, terjadi perlakuan-perlakua keji yang tidak masuk akal. Dengan demikian, akan mencampakkan pelakunya pada kehinaan dan penyesalan untuk selamanya.
Kecenderungan hawa nafsu yang ke (3) adalah yang berkaitan dengan kemauan nafsu yang menyesatkan, biasanya berwujud kemarahan yang berlebihan atau ghadab. Hawa nafsu ini dengan sangat mudah kadang-kadang hanya memerlukan waktu beberapa menit atau detik saja, orang sudah terjerumus dalam perbuatan yang sangat tercela yang mencampakkannya pada kehinaan lahir dan batin.
Berkaitan dengan kenyataan ini, al-Qur'an mengingatkan umat manusia agar bisa melihat berbagai kebajikan dengan tingkatan-tingkatannya. Setiap muslim harus berbuat kebajikan, dimulai dari tingkatan yang sangat tinggi, sehingga ia banyak melakukan kebajikan-kebajikan tersebut dan bisa memilih yang terbaik, kemudian yang baik, dan kebaikan secara umum.
أَجَعَلۡتُمۡ سِقَايَةَ ٱلۡحَآجِّ وَعِمَارَةَ ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡحَرَامِ كَمَنۡ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِ وَجَٰهَدَ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِۚ لَا يَسۡتَوُۥنَ عِندَ ٱللَّهِۗ وَٱللَّهُ لَا يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَ ٱلظَّٰلِمِينَ
Apakah (orang-orang) yang memberi minuman orang-orang yang mengerjakan haji dan mengurus Masjidilharam kamu samakan dengan orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta bejihad di jalan Allah? Mereka tidak sama di sisi Allah; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim. (QS. al-Taubah, 09:19).
JANGAN TERPAKU PADA SUATU KEBAJIKAN
11/11/2025 02:59:00 PM
0
Tags


