Catatan Ringan Perjalanan ke Jepang dan Vietnam (Bagian ke-3)
TERBITNYA BUNGA SAKURA DI ATAS BOLA DUNIA. (Catatan Perjalanan ke Konferensi ICSGS 2025 di Jepang)
oleh
A. Hanief Saha Ghafur
Guru Besar Sekolah Kajian Stratejik dan Global, Universitas Indonesia
Saya menggunakan kata tamsil (metaphora) dari icon negeri Jepang, yaitu bunga sakura dan kata terbit, karena Jepang dikenal sebagai "negeri matahari terbit". Sedang kata "bola dunia" adalah dimaksudkan tentang kemajuan Jepang di panggung dunia. Perjalanan ke Jepang di tengah liburan memang menarik untuk menambah pengalaman belajar. Tujuan utama dari perjalanan ini untuk menghadiri dua hari konferensi ICGS-9 (International Conference of Strategic and Global Studies) pada 19- 20 Juli di kampus Kyushu International University (KIU) di kota Kitakyushu, Provinsi Fukuoka. Kami berangkat berdua bersama isteri Ninasapti Triaswati. Selain untuk hadir presentasi riset di konferensi ICGS-9, juga untuk mengisi liburan bermakna.
Kami berdua berangkat dari Jakarta pada 17 s/d 29 Juli 2025. Kami mendarat di Bandara Fukuoka, kota terbesar di pulau Kyushu. Kyushu adalah nama pulau dari 5 pulau besar di Jepang, selain Hokkaido, Shikoku, Honshu, dan Okinawa. Di Bandara Fukuoka kami mendarat jam 8 pagi dijemput oleh dua panitia lokal mahasiswa KIU. Namun harus menunggu rombongan lain yang akan tiba jam 11.00. Saya baru tersadar, ternyata kampus Kyushu International University (KIU) itu bukan di kota Fukuoka. Tetapi KIU itu berada di kota Kitakyushu, suatu kota kabupaten di Provinsi Fukuoka. Perjalanan dari Bandara Fukuoka ke kota Kitakyushu sekitar 1.5 jam dengan kereta api. Tiba di stasiun Kitakyushu kami kawan-kawan dari Jakarta di jemput oleh Prof. Satomi Aghata dan Panitia dari KIU. Berhubung mobil penjemput tidak cukup, maka kami jalan kaki sejauh 300 meter ke tempat penginapan. Sebagian kawan-kawan dari Jakarta dijatah menginap 3 malam di guest house milik JICA. Sebagian yang lain menginap di Hotel sekitar kampus KIU. Kantor JICA menyatu dengan guest house (asrama), tempat tamu menginap dari berbagai negara. JICA adalah organisasi kerjasama internasional yang menggerakkan pembangunan dengan dana dari pemerintah Jepang di berbagai negara. Seperti USAID-nya Amerika yang dibubarkan Donald Trump bersama VOA, USIP, Departemen Pendidikan, dan keanggotaannya di UNESCO baru-baru ini.
Perjalanan selama 9 hari ini, kami berdua menginap selama 3 malam di JICA kota Kitakyushu dan 4 malam di kota Fukuoka, serta 2 malam di kota Ho Chi Minh, Vietnam. Pada 3 hari di Kitakyushu kami serius menulis dan ikut konferensi dan presentasi makalah. Bahkan menulis PPT baru selesai di hari kedua konferensi, menjelang presentasi. Pada saat presentasi, alhamdulillah semua berjalan mudah, lancar, dan sukses. Konferensi ICSGS-9 ditutup. Keesokan harinya, di hari keempat kami bergegas meninggalkan Kitakyushu menuju ke kota Fukuoka.
Kami Checkout dari JICA guest house sekitar jam 12.00 menuju ke stasiun Kitakyushu. Berhubung ada sesuatu yang perlu dibeli, maka kami mampir ke Mall Kojima di belakang stasiun. Usai ketemu soket untuk charger HP di Kojima, kami kembali ke stasiun dan bergegas naik Kereta Api menuju Fukuoka. Baru saya tersadar ternyata HP saya tertinggal, mungkin antara stasiun KA Kitakyushu atau di Kojima Mall. Akhirnya saya harus kembali ke Kitakyushu untuk mengambil HP yang diamankan oleh pegawai stasiun.
Kejadian tertinggalnya HP saya di Jepang adalah yang kedua kalinya. Pertama HP tertinggal di dalam pesawat JAL di Bandara Narita April 2004. Saya sudah tidak berharap HP bisa kembali, biarkan saja. Ternyata crew pesawat JAL dengan mengantar HP itu saat saya sedang menunggu koper. Jadi saya percaya orang Jepang dan yakin bahwa HP pasti diselamatkan kembali ke tangan saya.
Selama berada di Kitakyushu kami tidak ada acara jalan-jalan. Jalan hanya antara Guest house JICA dan kampus KIU. Namun berbeda saat kami di Fukuoka. Selama 5 hari 4 malam di Fukuoka bisa rekreasi bermakna. Tidak semata jalan-jalan, tetapi ada 2 tujuan utamanya, yaitu: Pertama, menelusuri "karakter etos bangsa Jepang" dari sejarah kaum Bushido, serta kepercayaan Tokugawa dan Buddhisme Zen. Kami berangkat ke dua kuil dan tidak lupa saya membaca sejarahnya. Kami berkunjung ke kuil agama Shinto di Gokushomachi, Hakata Ward yang merupakan kuil tertua, berdiri tahun 1100 Masehi. Juga berkunjung ke Kuil Buddhisme Zen di Kami Kawabatamachi, Hakata Ward. Banyak pembelajaran menarik dari cerita sejarah tentang karakter etos bangsa Jepang.
Pada hari Selasa 22 Juli seharian penuh dari pagi sampai malam. Usai sholat subuh kami berangkat berkunjung ke Nagasaki City di Provinsi Nagasaki. Perjalanan dari Kota Fukuoka ke kota Nagasaki menggunakan kereta api cepat seperti Whooos yang terkenal, yaitu Shinkansen dengan waktu tempuh sekitar 45 menit. Di kota Nagasaki ada dua lokasi yang menjadi tujuan perjalanan ini, yaitu Museum Nagasaki Atomic Bomb dan Nagasaki University.
Selama berada di Jepang, ke mana-mana saya banyak naik Kereta Api. Menginap pun mencari dan memilih hotel yang dekat stasiun kereta api. Selain lebih murah, juga bisa melihat banyak kegiatan nyata masyarakat Jepang. Kata Mahbub Djunaidi (Wartawan Senior): "jika ingin melihat kemajuan pembangunan suatu negara, lihatlah dari halaman belakang. Jangan lihat mereka dari halaman depan. Semua yang ada di halaman depan dipastikan adalah polesan gincu yang baik-baik saja. Sedang di halaman belakang belum tentu. Untuk itu, kata Mahbub Djunaidi naiklah kamu Kereta Api disitulah fakta senyatanya". Ternyata Jepang memang luar biasa hebat. Saya tidak melihat perkampungan kumuh dan kusam. Semua tertata, rapi, dan indah dengan kehijauan daun dan bunga. Negeri penuh dengan tiga pilar kekuatan "super culture", yaitu kapasitas kemampuan SDM, kemajuan IPTEK, dan kekuatan ekonomi-industri. Namun buah hasil ketiganya tidak lepas dari kekuatan karakter etos bangsa Jepang. Itulah yang menyebabkan, mengapa bunga sakura bisa terbit cerah bersinar di atas panggung dunia.
Fukuoka, 24 Juli 2025
HSG