Catatan Ringan Perjalanan ke Jepang dan Vietnam (Bagian-2)
MANAJEMEN, TATAKELOLA, & PENDIDIKAN KARAKTER ETOS: PENGEMBANGAN MODEL UNTUK SEKOLAH RAKYAT (SR) DAN MAKAN BERGIZI GRATIS (MBG)
oleh
A. Hanief Saha Ghafur
Guru Besar Sekolah Kajian Stratejik dan Global, Universitas Indonesia
1). Perjalanan Riset Lapangan.
Sejak awal Januari 2025 telah diputuskan bahwa konferensi ICSGS-9 akan diselenggarakan di Jepang. Saya menyampaikan kepada Panitia bahwa saya dan isteri akan hadir dan siap menulis makalah berbasis riset lapangan yg mengacu kepada salah satu dari 17 agenda pembangunan berkelanjutan (SDG'S) dari PBB dan ASTA CITA dari Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Keduanya punya dua points tentang pengurangan kemiskinan dan pendidikan bermutu. Untuk kehadiran ke konferensi itu kami berdua mengirim abstract sebagai bukti daftar kepada Panitia. Saya menulis makalah dengan judul: Cultural and Restoration Strategies for Great National Progress. From Developmentalism to New Industrialized Countries. (Lesson from the experiences of Turkey, Japan, and Indonesia). Sedang Ninasapti Triaswati menulis makalah berjudul: "Financing of Education: The Case of CT-ARSA Foundation and Pesantren Nurul Jadid". Untuk kebutuhan riset kami harus berangkat ke Sekolah CT-ARSA di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah dan Pesantren Nurul Jadid di Paiton, Probolinggo, Jawa Timur. Bagaimana institusi pendidikan (sekolah dan pesantren) mengembangkan kewirausahaan, menyusun anggaran, mengalokasikan beasiswa untuk orang miskin. Bagaimana mereka menyusun instrumen dan menyeleksi orang miskin?? Termasuk juga penguatan proses pendidikan karakter etos dan penguatan mutu pembelajaran akademik siswa miskin.
Sejak usulan abstract itu diterima oleh Panitia konferensi, sejak itu pula kami mulai menulis sedikit demi sedikit. Sesuai bidang keilmuan saya yaitu manajemen kebijakan pendidikan dan Ninasapti Triaswati dibidang ilmu ekonomi manajerial dan studi pembangunan. Untuk pengayaan riset dan verifikasi lapangan, kami mewawancarai langsung para pimpinan pesantren, yayasan, dan sekolah. Sebelum kami berangkat ke Sukoharjo, pada Selasa 8 Juli diterima wawancara dan berdiskusi langsung dengan Ketua Yayasan CT-ARSA Foundation Ibu Anita Ratnasari (isteri Bapak Chairul Tanjung) di Kantor Pusat Yayasan CT-ARSA gedung Mega Tower Kuningan, Jakarta. Barulah pada 10 Juli kami kemudian berangkat ke sekolah CT-ARSA di Sukoharjo. Kami diterima pimpinan sekolah dan Kepala Asrama. Keesokan harinya, dari Sukoharjo kami lanjut ke Pesantren Nurul Jadid, di Paiton, Probolinggo. Kami diterima oleh Sekretaris Umum, Bendahara Umum, Kepala Sekolah, dan Rektor Universitas Nurul Jadid. Menariknya, Dalam satu kompleks pesantren ini ada dua perguruan tinggi, yaitu UNUJA dan Ma'had Aly. Dalam satu kompleks pesantren ini juga ada SD, SMP, SMA, dan SMK. Juga ada Madrasah Ibtidaiyah (MI), M.Ts, dan MA Nurul Jadid. Dalam kompleks pesantren juga ada Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTs-N) dan Madrasah Aliyah Negeri (MAN). Selain pendidikan sekolah, Nurul Jadid juga banyak mengembangkan pendidikan luar sekolah (PLS) dan kegiatan ekstra kurikuler. Suatu hal yang menarik adalah bagaimana pesantren mengembangkan kewirausahaan, menyusun anggaran dan belanja, menyalurkan beasiswa untuk orang miskin, dan sebagainya. Ternyata Nurul Jadid menyalurkan 8% beasiswa miskin (sekitar Rp. 6 Milyar) murni dari dana pesantren setiap tahunnya. Tentu saja beasiswa ini selain dari masing-masing sekolah, dana pemerintah pusat, seperti UKT dan KIP Kuliah bagi mahasiswa, serta beasiswa dari Pemda dan perusahaan.
Walaupun demikian, riset lapangan ini belum selesai. Sebab masih ingin melihat kemajuan kewirausahaan dan koperasi Pesantren Sidogiri. Sidogiri adalah koperasi pesantren terbaik di Indonesia dengan asset di atas Rp. 13 triliun. Terpenting adalah bagaimana Sidogiri mengelola keuangannya, membelanjakan, dan mengalokasikan beasiswa untuk orang miskin. Kami sudah menganggap cukup jika sekedar presentasi untuk konferensi ICSGS-9 di Jepang. Tentu saja makalah kami masih berupa gambaran awal (preliminary sketch). Masih akan terus dikembangkan dengan riset-riset lanjutan. Belum cukup lengkap dan utuh untuk bisa dikirim ke jurnal. Namun dengan masukan dari diskusi kami berdua dan masukan dari Konferensi ICSGS-9 di Kyushu International University Jepang sangat bermanfaat dan semakin menambah keutuhan dan kesempurnaan riset ini. Karena masih berupa draft, maka makalah ini akan terus diperbaiki menjadi semakin baik.
2). Permodelan Untuk Sekolah Rakyat (SR) dan Makan Bergizi Gratis (MBG)
Riset ini diharapkan dapat memperkuat target capaian pembangunan dari dua sisi, yaitu target capaian SDG'S dan ASTA CITA. Keduanya sama-sama punya target capaian untuk mengurangi kemiskinan melalui pemberdayaan sistematis dan terencana. Juga untuk memperkuat mutu pendidikan melalui dua sisi pembelajaran, yaitu pembelajaran karakter etos kepemimpinan dan pembelajaran mutu akademik. Dua sisi ini harus berjalan secara simultan dan terintegrasi. Suatu yang terpenting bagi keluarga miskin (low income families), menurut Soedjatmoko tidak semata perlu memutus lingkaran kemiskinan struktural. Tetapi juga perlu mengangkat keterbenaman mereka dalam budaya kemiskinan (culture of poverty: Oscar Lewis) dengan memberi fokus pada pembinaan mentalitas dan kepribadiannya (Koentjaraningrat: Kebudayaan, Mentaliteit, dan Pembangunan). Ada banyak model pembinaan dan pembelajaran untuk memutus dan mengentaskan keterbenaman mereka dalam budaya miskin dan mentalitas keterpurukan.
Agenda Asta Cita dari pemerintahan Presiden Prabowo diturunkan secara kongkrit menjadi program Sekolah Rakyat (SR) dan Makan Bergizi Gratis (MBG). Keduanya dapat dijalankan secara simultan dan terintegrasi di daerah-daerah secara bertahap, berdampak dan berkelanjutan. Prioritas dapat dimulai dari daerah termiskin, tertinggal, dan terluar. Untuk itu, riset ini dimaksudkan untuk menemukan model-model yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan mendasar dari keluarga miskin (low income families). Model pembiayaan dan alokasi penganggaran, manajemen dan tatakelola, serta proses pembelajaran yang dapat membangkitkan karakter etos hebat bagi siswa miskin. Dari langkah awal berupa model, diharapkan lanjutannya akan menghasilkan kebijakan strategis yang tepat bagi keluarga miskin. Bukan semata mengembangkan pendidikan akademik, tetapi juga yang terpenting adalah memperkuat pendidikan karakter etos hebat bagi siswa miskin.
Nagasaki, Jepang 24 Juli 2025
HSG